Rabu, 17 November 2010

Trading for a Living

Trading for a Living

Inspired by Dr. Alexander Elder

Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat bertahan pada saat krisis dunia tahun 2008, hal ini menunjukan perekonomian Indonesia yang baik. Peningkatan pedapatan masyarakat Indonesia menjadi indikator yang menunjukan bahwa masyarakat dapat menggunakan dananya baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek.

Namun perubahan ekonomi masa depan sangat sukar diprediksi karena dipengaruhi oleh multidimensi seperti krisis keuangan yang mendadak, ketegangan antar negara, perang kurs mata uang, krisis politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Disamping itu semakin sering terjadinya bencana alam di seluruh dunia. Maka disebabkan oleh faktor–faktor tersebut membuat strategi investasi jangka panjang di pasar modal sangatlah riskan dan semakin sulit sehingga investasi jangka waktu yang lebih pendek menjadi pilihan yang cukup bijaksana dan menjanjikan.

Bila kita lihat indikator Bursa Efek Indonesia, yaitu IHSG (indeks harga saham gabungan) telah meningkat cukup tajam pada tahun ini, yaitu sebesar 44%. Maka para investor ataupun masyarakat umum dapat mempunyai persepsi bahwa transaksi jual-beli saham di Bursa Efek, dapat dipergunakan sebagai ‘sumber penghasilan’ untuk menghidupi diri sendiri beserta keluarganya, konsep ini terinspirasi oleh Dr. Alexander Elder, yaitu Trading for a Living. Disamping itu bagi para nasabah institusi konsep ‘Trading for a Living’ ini, bisa digunakan sebagai ‘sumber pendapatan’ untuk membiayai ‘over-head’ atau sebagai ‘enhancer’/memperbesar nilai return portfolio yang dimilikinya.

Sampai tanggal 16 November 2010, IHSG naik dari level 2534 ke level 3656 yang artinya IHSG telah naik 44%. Bahkan, IHSG diproyeksikan oleh beberapa analis akan naik hingga kelevel 3800 pada akhir tahun. Hal ini akan membuat investor mempunyai peluang untuk menikmati keuntungan/capital gain yang cukup besar di Bursa Efek Indonesia.

Bila kita lihat kenaikan IHSG 7 tahun terakhir, maka rata-rata kenaikan tersebut sebesar 35% per tahun. Maka para investor dapat mengharapkan keuntungan sebesar 30% per tahun, dimana dari hasil keuntungan tersebut, sebesar 15% untuk investasi dan sisanya sebesar 15% dimanfaatkan untuk membiayai keperluan hidup sehari-hari.

Adapun faktor-faktor yang harus investor perhatikan agar dapat hidup dari jual-beli atau ‘trading saham’, adalah sbb:

1. Risiko Investasi:

Trading saham di Bursa Efek Indonesia memiliki risiko yang relatif besar. Harganya berfluktuasi cukup tajam dibandingkan dengan bursa regional, bahkan bila dibandingkan dengan bursa lain yang sudah maju.

Risiko investasi di bursa efek Amerika Serikat bila diukur dengan simpangan baku, maka risk and returnnya sebesar 7.5% s/d 15%. Bursa Singapura 10% s/d 20%. Sedangkan di Bursa Efek Indonesia sekitar 40% per tahun, sedangkan return bulanannya sebesar 5%. Bursa regional seperti bursa di ASEAN memiliki risiko antara 25% s/d 40%.

Tingginya risiko (standard of deviation of return) juga berarti bahwa return di BEI adalah besar (kesempatan memperoleh keuntungan juga besar).

2. Rasional dan tidak emosional:

Semua keputusan transaksi haruslah berdasarkan suatu rencana yang telah ditetapkan (Trading Plan), investor sudah harus menentukan pada harga berapa saham tersebut dibeli, dan bila ternyata saham itu turun maka sudah ditentukan level cut-lossnya (menjual saham tersebut agar terjaga dari kerugian yang lebih besar, misalnya -6% dari harga pembelian) serta pada level harga berapa akan dilakukannya take profit (menjual saham tersebut pada tingkat harga yang diinginkan, misalnya +10% dari nilai pembelian).

Disamping itu harus membagi portofolio saham (Money Management) agar tidak hanya terkonsentrasi pada satu saham/sektor tertentu saja tetapi harus di-versifikasikan (don’t put your eggs in one basket). Sebaiknya portofolio tersebut dibagi menjadi core-portfolio dan tactical-portfolio.

3. Informasi yang lengkap:

Investor harus bisa mendapatkan informasi yang lengkap terhadap semua saham yang dimilikinya dan yang akan ditransaksikannya, atau paling tidak sudah mendapatkan rekomendasi yang up-to-date dan bernilai dari brokernya. Agar dapat membuat keputusan transaksi yang tepat dan akurat.

4. Investor seharusnya memiliki metode analisis yang handal agar dapat memperoleh capital gain/keuntungan dalam jangka pendek seperti yang diharapkan. Pertama-tama pergunakanlah pendekatan ‘fundamental approah’ agar mendapatkan saham yang baik dan berprospek besar dimasa yang akan datang, setelah itu gunakalah ‘technical approach’ untuk menentukan kapan beli ataupun jual pada saham-saham tersebut. (lihat ADTS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar