Selasa, 28 Desember 2010

Akumulasi Kekayaan Melalui Investasi di Pasar Modal

Akumulasi Kekayaan melalui Investasi di Pasar Modal

Tingkat keuntungan investasi di Pasar Modal dalam jangka waktu 10 terakhir, hampir mencapai 800%. Angka ini tercermin dari pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) dari tahun 2000 ke 2010. IHSG tahun 2000 baru berada pada level sebesar 416. Pada penutupan tahun ini diperkirakan mencapai level 3.600.


Bagaimana caranya agar bisa menikmati tingkat keuntungan tersebut? Anda bisa mencoba Smart Investing atau Cara Cerdas Investasi.

Smart Investing

adalah suatu cara berinvestasi yang sesuai tujuan yang diharapkan serta berdasarkan suatu proses investasi yang baik dan bertanggung jawab. Bukan sekedar mengikuti tren ataupun berdasarkan bujuk rayu para penjual produk investasi dengan janji-janji keuntungan yang sangat fantastis.


Menurut Benjamin Graham dalam bukunya, The Intelligent Investor; Investasi adalah suatu kegiatan analisa menyeluruh dan mendalam dengan tujuan menjaga keamanan dana pokok serta memberikan keuntungan maksimal. Sedangkan tindakan yang tidak memenuhi persyaratan itu berarti spekulasi.

Untuk mencapai kondisi tersebut, investor harus memahami beberapa hal. Pertama, perencanaan keuangan pribadi. Kedua, jenis-jenis Investasi yang dapat dimanfaatkan. Ketiga, pertimbangan-pertimbangan yang harus dilakukan sebelum melakukan investasi.


Perencanaan Keuangan Pribadi.


Perencanaan keuangan pribadi adalah suatu proses perencanaan mengenai cara mengelola keuanganan pribadi atau keluarga bagi keperluan keuangan saat ini dan masa depan, terutama di masa pensiun. Ini diperlukan agar tingkat kehidupan kita pada saat bekerja atau pada masa produktif tidak turun tajam saat pensiun, minimal sama seperti saat kita bekerja.


Orang bijak mengatakan, jika kita gagal membuat suatu rencana maka kita merencanakan untuk gagal. Maka mulai saat ini kita harus mau dan mampu merencanakan keuangan kita sendiri.


Dalam buku Personal Finance Edisi-7, karangan Kapoor – Dlabay – Hughes, terbitan McGraw – Hill, proses finansial planing atau perencanaa keuangan adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Menetapkan situasi keuangan saat ini, seperti pendapatan regular atau tetap, tabungan, biaya hidup, jumlah utang, dan buatlah daftar aset atau utang yang dimiliki.

Langkah 2: Membangun tujuan keuangan pribadi. Kita harus dapat menentukan secara jelas apa tujuan keuangan pribadi yang kita inginkan. Orang lain dapat saja memberikan saran tentang hal tersebut, tetapi kita sendiri yang harus menentukan tujuan keuangan yang kita cita-citakan.

Langkah 3: Identifikasi alternatif-alternatif sebelum membuat keputusan, apakah jumlah dana yang kita sisihkan untuk tabungan atau investasi masih mencukupi, apakah harus menambah jumlah dana tersebut, atau apakah sebaiknya melunasi utang kartu kredit?

Langkah 4: Lakukan evaluasi terhadap alternatif keputusan yang diambil. Setelah mengambil keputusan tersebut maka kita juga dapat mempertimbangkan gaya hidup, personal value, dan situasi ekonomi, karena konsekuensi dari pilihan yang diambil memiliki opportunity cost tersendiri. Disamping itu, evaluasi risiko yang akan timbul karena ketidakpastian adalah bagian yang tak terpisahkan dari pilihan keputusan yang diambil.

Langkah 5: Buat dan laksanakan rencana keuangan tersebut. Untuk melaksanakannya mungkin kita membutuhkan agen asuransi untuk membeli asuransi kerugian, asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, serta broker investasi untuk membeli saham, obligasi atau reksa dana.

Langkah 6: Periksa dan perbaiki rencana keuangan yang telah diambil. Perencanaan keuangan ini adalah suatu proses yang dinamis yang tidak selesai pada saat kita tetapkan, tetapi harus diperiksa secara reguler, setidaknya setahun sekali.


Mengapa Harus?


Bila kita lihat evolusi siklus hidup genarasi terdahulu dengan generasi kita sekarang m

aka terlihat bahwa sikus hidup secara sederhana dilalui dengan tiga tahapan, yaitu pertama saat kita menempuh pendidikan, kedua masa bekerja, dan ketiga waktu pensiun.


Siklus ini menggambarkan masa pendidikan generasi sekarang relatif lebih panjang, karena mereka harus memiliki jenjang pendidikan minimal Sarjana S1, bahkan Sarjana S2 untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan mampu bersaing, tetapi masa kerjanya relatif lebih singkat dibandingkan generasi terdahulu. Sebab, generasi terdahulu harus bekerja agar dapat tetap hidup. Kecuali itu waktu pensiun generasi terdahulu lebih pendek karena harapan hidupnya lebih singkat.


Pada pensiun nanti, mungkin kita masih bisa mendapatkan sumber penghasilan dari keluarga, pemerintah (PNS, TNI/POLRI), maupun perusahaan (sektor swasta yang mengikutsertakan pegawainya dalamprogram pensiun). Tetapi apakah kita bisa mengandalkan mereka untuk menjamin kehidupan nanti? Jawabannya bisa ‘ya’, bisa pula ‘tidak’. Hanya pribadi kita sendiri yang dapat diandalkan untuk menjamin tingkat kehidupan nanti dan yang sesuai selera.


Perencanaan keuangan yang baik dan bertanggung jawab bukanlah yang mencari produk-produk investasi yang canggih ataupun mengikuti model-model investasi dengan menggunakan rumus-rumus yang dahsyat, bahkan ajaib, tapi melaksanakannya secara simpel, sederhana dan disiplin. Tahapannya adalah; tetapkan terlebih dahulu tujuan investasi kita; lindungi pribadi dan keluarga dari peristiwa yang tidak diharapkan; pastikan strategi investasi sesuai tujuan.


Metapkan tujuan investasi, misalnya, ingin memiliki rumah sendiri, rumah yang lebih besar, villa dengan pemandangan laut lepas, dapat memasukan anak-anak di sekolah unggulan, bahkan di luar negeri atau ingin tetap memiliki sumber pengahasilan yang mencukupi bila pensiun nanti.

Setelah menetapkan tujuan investasi maka tentukan harganya dan jangka waktunya. Ingat Inflasi, karena harga-harga hari ini akan naik tajam di

masa depan.


Lindungi pribadi dan keluarga dari dari peristiwa yang tidak diharapkan, maksudnya melindungi diri kita beserta keluarga dan harta-harta yang kita miliki dari hal-hal yang tidak terduga. Maka sediakan cadangan uang tunai untuk keperluan mendadak atau bila kita dapat suatu kesempatan investasi yang benar-benar baik dan menguntungkan.


Bagaimana dengan strategi Investasi? Dalam hal ini, bayarlah investasi kita terlebih dahulu (pay yourself first), karena umumnya kita akan sangat susah menyisihkan dana untuk keperluan tersebut. Lazimnya, kita ingin berinvestasi setelah selesai membayar seluruh keperluan biaya hidup. Itu akan sangat sulit dilakukan karena kebutuhan biaya hidup akan selalu meningkat, sehingga dana untuk investasi sudah habis untuk keperluan membayar kebutuhan hidup tersebut. Dalam The Proven Financial Planning Concept ditegaskan The 10% rule: pay yourself first (bayarlah diri kita terlebih dahulu sebesar 10% dari pendapatan yang kita terima).


Jangan pula berfikir kita mampu mengalahkan pasar. Teori ini mengatakan beli di harga rendah dan jual di di harga tinggi. Dalam praktiknya, itu memang sangat sulit dilakukan. Yang paling mungkin adalah mengantisipasi kecenderungan harga tersebut. Yang tak kalah penting adalah diversifikasi. Seperti di katakan

Warrant Buffet,

"

Don’t put your eggs in one basket." Jadi, investasi jangan terkonsentrasi pada satu aset atau satu saham saja. Dan, ingat pula bahwa semakin dini kita berinvestasi maka semakin panjang waktu investasi tersebut, sehingga tingkat keuntungannya akan semakin besar.


Jenis-jenis Investasi

Pada dasarnya ada dua pilihan yang dapat diambil oleh investor. Pertama, nonfinansial seperti properti berbentuk tanah, rumah, ruko, rukan, apartmen, dan komoditi seperti emas. Kedua, finansial, yaitu saham seperti, saham Telkom, Bank Mandiri, Antam, PTBA, dan Jasa Marga. Atau obligasi seperti SUN, SUKUK, instrument pasar uang atau tabungan, dll.


Manfaat utama investasi pada instrument finansial adalah memiliki likuiditas yang tinggi, mudah untuk diperjualbelikan, dana yang dibutuhkan relatif kecil untuk diinvestasikan serta komisi atau biaya transaksinya rendah.


Kita tentunya ingat rumus investasi yaitu, high risk, high return. Pada investasi berisiko tinggi, keuntungan yang diharapkan pun lebih tinggi.

Jenis-jenis risiko yang akan dihadapi investor adalah Inflasi, tingkat suku bunga dan risiko likuiditas. P

erubahan kondisi ekonomi juga akan mempengaruhi tingkat kehidupan serta mempengaruhi keputusan keuangan atau investasi..


Pertimbangan Berinvestasi.


Pertimbangan dan faktor-faktor penting yang akan mempengaruhi portofolio atau aset kita yaitu kebutuhan terhadap pendapatan untuk membayar biaya atau gaya hidup, umur kita saat ini, dan tingkat inflasi.


Proses pembuatan Portofolio adalah sebagai berikut: 1)

Tetapkankan tujuan keuangan yang diinginkan, berapa lama untuk mendapatkannya, dan berapa besar risiko yang dapat diterima. 2)

Setelah mempertimbangkan langkah 1, putuskan kombinasi aset investasi tersebut.

Pilihan terhadap saham adalah dengan dengan harapan mendapatkan capital gain sebagai pertambahan dari dana pokok awal investasi, sedangkan obligasi adalah instrumen yang dapat memberikan penghasilan tetap bulanan atau triwulan melalui kupon atau bunga sebagai pemberi penghasilan. 3)

P

aling tidak dalam setahun sekali, periksalah portofolio tersebut apakah bobotnya masih sesuai seperti yang kita tetapkan dari awalnya.


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan investasi kita harus mengerti betul apa tujuan yang hendak dicapai. Pengalaman mengajarkan banyak yang mengatakan bahwa dia sedang berinvestasi padahal bukan, karena ternyata dia sedang melakukan spekulasi.


Bukan tidak boleh berspekulasi, karena dalam berinvestasi pun ada unsur spekulasinya. Intinya kita harus sadar apa yang sedang kita perbuat. Mulailah berinvestasi sedini mungkin, karena semakin panjang waktu investasi maka hasilnya akan semakin menakjubkan. Tidak perlu menunggu dananya besar, minimal cukup dimulai dengan 10% dari pendapatan yang diterima. Ingat pay yourself first! Paksakan disiplin, sisihkan pendapatan setiap bulan untuk berinvestasi demi terjaminnya masa depan!.


*Dimuat di Koran Investor Daily, edisi Rabu 29 Desember 2010.


Minggu, 21 November 2010

Back Stage

Location: PIM 2
Jakarta - Indonesia

Camera: NIKON D60. Lens: AF-S Zoom-Nikkor 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED
Film: Digital ISO400. Aperture: f/4. Shutter Speed: 1/25sec. Focal Length: 28mm.

Sabtu, 20 November 2010

My Pool


Location: My Backyard
Jakarta - Indonesia

Camera: NIKON D60. Lens: AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED
Film: Digital ISO400. Aperture: f/18. Shutter Speed: 20sec. Focal Length: 18mm.

The Intelligent Investor-Bab II. Investor dan Inflasi

The Intelligent Investor

Inspired by Benjamin Graham

Bab II. Investor dan Inflasi

Seperti diketahui dalam melakukan investasi, investor harus memperhitungkan tingkat inflasi yang akan terjadi di masa depan. Karena imbal-hasil nyata (real-return) dari investasi harus dikurangi oleh tingkat inflasi yang terjadi pada saat itu.

Apa itu Inflasi? Menurut buku ‘Principal of Economic’ oleh N. Gregory Mankiw – Harvard Iniversity, edisi ke 5. Inflasi adalah suatu kenaikan semua harga di dalam suatu perekonomian. Berdasarkan fakta inilah maka para investor harus melakukan tindakan investasi yaitu, untuk mengembangkan dananya agar tetap minimal mempunyai ‘nilai beli’ yang relatif sama di kemudian hari.

Kejadian ini dapat dengan mudah kita rasakan, bila kita melihat harga beras yang layak pada awal tahun 2000-an, maka harga beras tersebut rata-rata per-kg sebesar Rp. 2.500,-, sedangkan saat ini atau 10-tahun kemudian maka harga beras tersebut sudah menjadi minimal Rp. 10.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa harga beras dalam waktu 10-tahun terakhir sudah naik menjadi 400% atau rata-rata sebesar 40% per tahun. Untuk itu investor harus dapat melakukan investasi yang memberikan return minimal sama, bahkan kalau bisa lebih dari kenaikan harga tersebut, atau paling tidak sama dengan tingkat kenaikan inflasi di masa depan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh investor ialah melakukan investasi di saham. Walaupun investasi ini tidak menjamin kebal terhadap inflasi, tetapi menurut penelitian menunjukkan bahwa return saham dapat melebihi tingkat inflasi. Seperti yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir tahun 2000 IHSG ditutup pada posisi 416 sedangkan pada akhir tahun 2010 diperkirakan IHSG ditutup pada level 3.800 (saat ini IHSG berada pada level 3.700-an), data ini memperlihatkan bahwa kenaikan harga saham dalam kurun waktu 10-tahun terakhir adalah sebesar 813% atau rata-rata kenaikian harga saham tersebut sebesar 81% per tahun.

Disamping itu investor dapat melakukan alokasi asset/investasinya di obligasi dan di saham. Investasi pada obligasi mempunyai tujuan utama untuk menjaga ‘nilai pokok’ (principal), dimana ketika harga saham turun maka ‘nilai pokok’ investasi tetap terjaga (atau nilai pokoknya tidak mengalami penurunan). Sedangkan investasi pada saham bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi yang tinggi agar dapat mengalahkan tingkat inflasi di kemudian hari.

Obligasi adalah suatu instrument investasi yang memberikan pembayaran kupon atau bunga serta mengembalikan pokok investasinya bila sudah jatuh tempo kepada pemegang obligasi tersebut. Sedangkan saham akan memberikan dividen kepada pemegang sahamnya. Oleh karena itu obligasi memberikan pendapatan yang lebih pasti atau mungkin lebih besar jika pasar/bursa sedang mengalami penurun bila dibandingkan dengan saham.

Berdasarkan informasi tersebut diatas maka, Investor harus men-diversifikasikan portfolionya, ‘don’t put your eggs in one basket’ kata Warrant Buffet – Investor terkenal dari Amerika Serikat dengan jumlah kekayaan bersih mendekati US$ 50 miliar (kira Rp. 450 triliun) dan menduduki tingkat ke-3 dari daftar orang terkaya di seluruh dunia menurut versi majalah Forbes edisi Oktober 2010.

Investor dalam melakukan investasinya harus memiliki proporsi instrument saham dan obligasi di dalam portofolio yang dimilikinya, dengan asset alokasi antara saham dan obligasi dengan perbandingan 75% saham dan 25% obligasi atau sebaliknya, tergantung kepada tujuan masing-masing investor tersebut. Atau untuk memudahkan, investor dapat juga membagi rata portofolionya yaitu, saham – 50% dan obligasi – 50%.

Adapun tujuan investasi pada obligasi adalah, untuk menerima pendapatan tetap atau ‘fixed income’, sedangkan tujuan investasi di saham untuk mendapatkan keuntungan atau ‘capital gain’ yang tinggi. Selain itu, bagi para invenstor yang sibuk atau kurang mempunyai informasi dan kemampuan dapat meng-investasikan dananya pada Reksadana Saham, Reksadana Obligasi atauoun Reksadana Campuran.

Semua tindakan yang akan dilakukan oleh Investor haruslah dikembalikan oleh tujuan investasi yang dibuat oleh investor itu sendiri, karena bila investor sudah mengerti betul apa yang akan/sedang dilakukannya, maka tingkat keberhasilan dari investasi tersebut akan sangat mungkin tercapai sesuai dengan yang diharapkan, bila tidak maka hal yang sebaliknya akan terjadi.

Mengenai Pasar Modal, silahkan baca bab selanjutnya.

(Bab 3. Pasar Modal Indonesia)

Rabu, 17 November 2010

Trading for a Living

Trading for a Living

Inspired by Dr. Alexander Elder

Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat bertahan pada saat krisis dunia tahun 2008, hal ini menunjukan perekonomian Indonesia yang baik. Peningkatan pedapatan masyarakat Indonesia menjadi indikator yang menunjukan bahwa masyarakat dapat menggunakan dananya baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek.

Namun perubahan ekonomi masa depan sangat sukar diprediksi karena dipengaruhi oleh multidimensi seperti krisis keuangan yang mendadak, ketegangan antar negara, perang kurs mata uang, krisis politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Disamping itu semakin sering terjadinya bencana alam di seluruh dunia. Maka disebabkan oleh faktor–faktor tersebut membuat strategi investasi jangka panjang di pasar modal sangatlah riskan dan semakin sulit sehingga investasi jangka waktu yang lebih pendek menjadi pilihan yang cukup bijaksana dan menjanjikan.

Bila kita lihat indikator Bursa Efek Indonesia, yaitu IHSG (indeks harga saham gabungan) telah meningkat cukup tajam pada tahun ini, yaitu sebesar 44%. Maka para investor ataupun masyarakat umum dapat mempunyai persepsi bahwa transaksi jual-beli saham di Bursa Efek, dapat dipergunakan sebagai ‘sumber penghasilan’ untuk menghidupi diri sendiri beserta keluarganya, konsep ini terinspirasi oleh Dr. Alexander Elder, yaitu Trading for a Living. Disamping itu bagi para nasabah institusi konsep ‘Trading for a Living’ ini, bisa digunakan sebagai ‘sumber pendapatan’ untuk membiayai ‘over-head’ atau sebagai ‘enhancer’/memperbesar nilai return portfolio yang dimilikinya.

Sampai tanggal 16 November 2010, IHSG naik dari level 2534 ke level 3656 yang artinya IHSG telah naik 44%. Bahkan, IHSG diproyeksikan oleh beberapa analis akan naik hingga kelevel 3800 pada akhir tahun. Hal ini akan membuat investor mempunyai peluang untuk menikmati keuntungan/capital gain yang cukup besar di Bursa Efek Indonesia.

Bila kita lihat kenaikan IHSG 7 tahun terakhir, maka rata-rata kenaikan tersebut sebesar 35% per tahun. Maka para investor dapat mengharapkan keuntungan sebesar 30% per tahun, dimana dari hasil keuntungan tersebut, sebesar 15% untuk investasi dan sisanya sebesar 15% dimanfaatkan untuk membiayai keperluan hidup sehari-hari.

Adapun faktor-faktor yang harus investor perhatikan agar dapat hidup dari jual-beli atau ‘trading saham’, adalah sbb:

1. Risiko Investasi:

Trading saham di Bursa Efek Indonesia memiliki risiko yang relatif besar. Harganya berfluktuasi cukup tajam dibandingkan dengan bursa regional, bahkan bila dibandingkan dengan bursa lain yang sudah maju.

Risiko investasi di bursa efek Amerika Serikat bila diukur dengan simpangan baku, maka risk and returnnya sebesar 7.5% s/d 15%. Bursa Singapura 10% s/d 20%. Sedangkan di Bursa Efek Indonesia sekitar 40% per tahun, sedangkan return bulanannya sebesar 5%. Bursa regional seperti bursa di ASEAN memiliki risiko antara 25% s/d 40%.

Tingginya risiko (standard of deviation of return) juga berarti bahwa return di BEI adalah besar (kesempatan memperoleh keuntungan juga besar).

2. Rasional dan tidak emosional:

Semua keputusan transaksi haruslah berdasarkan suatu rencana yang telah ditetapkan (Trading Plan), investor sudah harus menentukan pada harga berapa saham tersebut dibeli, dan bila ternyata saham itu turun maka sudah ditentukan level cut-lossnya (menjual saham tersebut agar terjaga dari kerugian yang lebih besar, misalnya -6% dari harga pembelian) serta pada level harga berapa akan dilakukannya take profit (menjual saham tersebut pada tingkat harga yang diinginkan, misalnya +10% dari nilai pembelian).

Disamping itu harus membagi portofolio saham (Money Management) agar tidak hanya terkonsentrasi pada satu saham/sektor tertentu saja tetapi harus di-versifikasikan (don’t put your eggs in one basket). Sebaiknya portofolio tersebut dibagi menjadi core-portfolio dan tactical-portfolio.

3. Informasi yang lengkap:

Investor harus bisa mendapatkan informasi yang lengkap terhadap semua saham yang dimilikinya dan yang akan ditransaksikannya, atau paling tidak sudah mendapatkan rekomendasi yang up-to-date dan bernilai dari brokernya. Agar dapat membuat keputusan transaksi yang tepat dan akurat.

4. Investor seharusnya memiliki metode analisis yang handal agar dapat memperoleh capital gain/keuntungan dalam jangka pendek seperti yang diharapkan. Pertama-tama pergunakanlah pendekatan ‘fundamental approah’ agar mendapatkan saham yang baik dan berprospek besar dimasa yang akan datang, setelah itu gunakalah ‘technical approach’ untuk menentukan kapan beli ataupun jual pada saham-saham tersebut. (lihat ADTS).

Lights to Eden


Location: View form Grand Indonesia
Jakarta - Indonesia

Camera: NIKON D3. Lens: 17-55mm f/2.8G IF-ED
Film: Digital ISO100. Aperture: f/8. Shutter Speed: 30sec. Focal Length: 55mm.

Flow of Lights


Location: Air Mancur Thamrin.
Jakarta - Indonesia

Camere: NIKON D300. Lens: AF-S DX Zoom-Nikkor 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED
Film: Digital A. Aperture: f/16. Shutter Speed: 10sec. Focal Length: 125mm.

Selasa, 16 November 2010

Lebaran


Location: Masjid Raya Bintaro Jaya
Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang - Indonesia

Camera : NIKON D3. Lens: AF-S DX 17-55 mm f/2.8G IF-ED
Film: Digital ISO800. Aperture: f/5.6. Shutter Speed: 1/40sec. Focal Length: 15mm.

Sabtu, 13 November 2010

ADTS - AKSi Dynamic Trading System.


ADTS:

Merupakan sistem perdagangan saham yang secara otomatis memberikan signal beli atau jual melalui Fundamental dan Trading Approach, yang bertujuan untuk memelihara konsistensi keuntungan maupun meminimisasi risiko investasi, melalui online-trading & web-trading.

FUNDAMENTAL APPROACH:

Adalah suatu analisa fundamental yang digunakan terlebih dahulu untuk memilih saham yang memiliki kinerja fundamental yang bagus serta memiliki pertumbuhan yang tinggi.

1. Economic Analysis:

  • Inflation Rate; SBI n BI Rate, Government n Corporate Bond Rate, Deposit Rate.
  • Currency Rate; US$/Rp.
  • Balance of Payment = Current account (Trade balance – the sum of Exports and Imports) - Financial account - Capital account +/- Balancing Item.

2. Sector Analysis and/or Industrial Analysis - Porter’s 5 forces:

  • Bargaining power of suppliers.
  • Bargaining power of buyers.
  • Threat of new entrants.
  • Threat of substitutes.
  • Rivalry among competitors.

3. Stock Analysis - Fundamental Analysis: Focus on Earnings, Growth, and Value in the market.

  • Earnings per Share – EPS
  • Price to Earnings Ratio – P/E
  • Projected Earning Growth – PEG
  • Price to Sales – P/S
  • Price to Book – P/B
  • Dividend Payout Ratio
  • Dividend Yield
  • Book Value
  • Return on Equity

TRADING APPROACH:

4. Market Behavior Analysis:

Digunakan untuk mengetahui perilaku investor dalam mengambil keputusan beli atau jual.

  • Saham 'pilihan' Investor Asing, Fund Manager dan/atau 'bandar'.
  • Saham yang 'multi listing' atau Arbitrage Trading, yaitu membeli/menjual saham di pasar yang berbeda dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Karena pada saham yang sama tetaapi kuotasi 'harganya berbeda', karena perbedaan kurs.
  • Saham yang akan melakukan 'corporate action'.
  • Saham yang akan atau sedang 'digoreng' oleh bandar.
  • Bursa luar negeri dan harga komoditi naik/turun.
  • Dan lain-lain.

5. Technical Analysis:

Digunakan untuk mengetahui kapan saatnya beli maupun jual suatu saham tertentu. yaitu dengan cara sbb:

  • Mencari 'Arah Trend'. Apakah Arah Trend sedang Naik - Turun - Konsolidasi (tidak ada Trend).
  • Memeriksa kekuatan 'Arah Trend'. Apakah Trend tersebut masih melanjutakan penguatannya atau sudah akan berbalik arah/Reversal ke arah penurunan dan sebaliknya.
  • Membuat 'Support dan Resistance' dari pergerakan suatu level harga saham. Apakah harga tersebut sudah berada di level 'support', maka kemungkinan harga tersebut akan berbalik arah ke atas ataukah harga tersebut sudah menembus level supportnya? maka harga tersebut akan mencari titik support yang baru dan begitu sebaliknya.
  • Mencari 'pemicu/trigger' untuk Investor melakukan transaksi 'beli/jual'.

Analysis ini sudah dibuatkan 'program softwarenya'. Yaitu: "Fendy System". Investor tinggal melihat dan mengikuti signal yang ada di program tersebut. Bila Signal menunjukan signal 'beli' maka Investor dapat melakukan transaksi beli, begitu juga bila signal 'jual' terlihat maka Investor dapat melakukan transaksi jual.

6. Money & Risk Management Analysis:

Digunakan untuk mengatur posisi keuangan & meminimisasi resiko kerugian, dalam rangka membuat 'portfolio management' serta mengatur 'asset allocation' dengan 'tingkat risiko' yang bisa diterima oleh Investor.

PORTFOLIO MODEL:

Adalah hasil dari 6-Analysis di atas, yaitu:

Suatu Model dari sekumpulan saham baik jenis maupun bobotnya yang dapat memberikan risk & return yang optimal.

TRADING PLAN:

Adalah suatu Rencana Trading yang disusun untuk menentukan level 'beli' dan/atau 'jual', level 'cut-loss' serta level 'take profit'.

PERIODICAL SYSTEM EVALUATION:

Merupakan 'evaluasi' yang dilakukan secara periodik dan dinamis untuk meningkatkan return yang optimal dari Trading System yang dibangun.

PORTFOLIO PERFORMANCE REPORT:

Merupakan suatu bentuk laporan dari hasil Trading System yang dilakukan agar Invstor dapat memantau hasil Investasi tersebut.


(See: http://www.adts.co.id)