Minggu, 21 November 2010

Back Stage

Location: PIM 2
Jakarta - Indonesia

Camera: NIKON D60. Lens: AF-S Zoom-Nikkor 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED
Film: Digital ISO400. Aperture: f/4. Shutter Speed: 1/25sec. Focal Length: 28mm.

Sabtu, 20 November 2010

My Pool


Location: My Backyard
Jakarta - Indonesia

Camera: NIKON D60. Lens: AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED
Film: Digital ISO400. Aperture: f/18. Shutter Speed: 20sec. Focal Length: 18mm.

The Intelligent Investor-Bab II. Investor dan Inflasi

The Intelligent Investor

Inspired by Benjamin Graham

Bab II. Investor dan Inflasi

Seperti diketahui dalam melakukan investasi, investor harus memperhitungkan tingkat inflasi yang akan terjadi di masa depan. Karena imbal-hasil nyata (real-return) dari investasi harus dikurangi oleh tingkat inflasi yang terjadi pada saat itu.

Apa itu Inflasi? Menurut buku ‘Principal of Economic’ oleh N. Gregory Mankiw – Harvard Iniversity, edisi ke 5. Inflasi adalah suatu kenaikan semua harga di dalam suatu perekonomian. Berdasarkan fakta inilah maka para investor harus melakukan tindakan investasi yaitu, untuk mengembangkan dananya agar tetap minimal mempunyai ‘nilai beli’ yang relatif sama di kemudian hari.

Kejadian ini dapat dengan mudah kita rasakan, bila kita melihat harga beras yang layak pada awal tahun 2000-an, maka harga beras tersebut rata-rata per-kg sebesar Rp. 2.500,-, sedangkan saat ini atau 10-tahun kemudian maka harga beras tersebut sudah menjadi minimal Rp. 10.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa harga beras dalam waktu 10-tahun terakhir sudah naik menjadi 400% atau rata-rata sebesar 40% per tahun. Untuk itu investor harus dapat melakukan investasi yang memberikan return minimal sama, bahkan kalau bisa lebih dari kenaikan harga tersebut, atau paling tidak sama dengan tingkat kenaikan inflasi di masa depan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh investor ialah melakukan investasi di saham. Walaupun investasi ini tidak menjamin kebal terhadap inflasi, tetapi menurut penelitian menunjukkan bahwa return saham dapat melebihi tingkat inflasi. Seperti yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir tahun 2000 IHSG ditutup pada posisi 416 sedangkan pada akhir tahun 2010 diperkirakan IHSG ditutup pada level 3.800 (saat ini IHSG berada pada level 3.700-an), data ini memperlihatkan bahwa kenaikan harga saham dalam kurun waktu 10-tahun terakhir adalah sebesar 813% atau rata-rata kenaikian harga saham tersebut sebesar 81% per tahun.

Disamping itu investor dapat melakukan alokasi asset/investasinya di obligasi dan di saham. Investasi pada obligasi mempunyai tujuan utama untuk menjaga ‘nilai pokok’ (principal), dimana ketika harga saham turun maka ‘nilai pokok’ investasi tetap terjaga (atau nilai pokoknya tidak mengalami penurunan). Sedangkan investasi pada saham bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi yang tinggi agar dapat mengalahkan tingkat inflasi di kemudian hari.

Obligasi adalah suatu instrument investasi yang memberikan pembayaran kupon atau bunga serta mengembalikan pokok investasinya bila sudah jatuh tempo kepada pemegang obligasi tersebut. Sedangkan saham akan memberikan dividen kepada pemegang sahamnya. Oleh karena itu obligasi memberikan pendapatan yang lebih pasti atau mungkin lebih besar jika pasar/bursa sedang mengalami penurun bila dibandingkan dengan saham.

Berdasarkan informasi tersebut diatas maka, Investor harus men-diversifikasikan portfolionya, ‘don’t put your eggs in one basket’ kata Warrant Buffet – Investor terkenal dari Amerika Serikat dengan jumlah kekayaan bersih mendekati US$ 50 miliar (kira Rp. 450 triliun) dan menduduki tingkat ke-3 dari daftar orang terkaya di seluruh dunia menurut versi majalah Forbes edisi Oktober 2010.

Investor dalam melakukan investasinya harus memiliki proporsi instrument saham dan obligasi di dalam portofolio yang dimilikinya, dengan asset alokasi antara saham dan obligasi dengan perbandingan 75% saham dan 25% obligasi atau sebaliknya, tergantung kepada tujuan masing-masing investor tersebut. Atau untuk memudahkan, investor dapat juga membagi rata portofolionya yaitu, saham – 50% dan obligasi – 50%.

Adapun tujuan investasi pada obligasi adalah, untuk menerima pendapatan tetap atau ‘fixed income’, sedangkan tujuan investasi di saham untuk mendapatkan keuntungan atau ‘capital gain’ yang tinggi. Selain itu, bagi para invenstor yang sibuk atau kurang mempunyai informasi dan kemampuan dapat meng-investasikan dananya pada Reksadana Saham, Reksadana Obligasi atauoun Reksadana Campuran.

Semua tindakan yang akan dilakukan oleh Investor haruslah dikembalikan oleh tujuan investasi yang dibuat oleh investor itu sendiri, karena bila investor sudah mengerti betul apa yang akan/sedang dilakukannya, maka tingkat keberhasilan dari investasi tersebut akan sangat mungkin tercapai sesuai dengan yang diharapkan, bila tidak maka hal yang sebaliknya akan terjadi.

Mengenai Pasar Modal, silahkan baca bab selanjutnya.

(Bab 3. Pasar Modal Indonesia)

Rabu, 17 November 2010

Trading for a Living

Trading for a Living

Inspired by Dr. Alexander Elder

Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat bertahan pada saat krisis dunia tahun 2008, hal ini menunjukan perekonomian Indonesia yang baik. Peningkatan pedapatan masyarakat Indonesia menjadi indikator yang menunjukan bahwa masyarakat dapat menggunakan dananya baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek.

Namun perubahan ekonomi masa depan sangat sukar diprediksi karena dipengaruhi oleh multidimensi seperti krisis keuangan yang mendadak, ketegangan antar negara, perang kurs mata uang, krisis politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Disamping itu semakin sering terjadinya bencana alam di seluruh dunia. Maka disebabkan oleh faktor–faktor tersebut membuat strategi investasi jangka panjang di pasar modal sangatlah riskan dan semakin sulit sehingga investasi jangka waktu yang lebih pendek menjadi pilihan yang cukup bijaksana dan menjanjikan.

Bila kita lihat indikator Bursa Efek Indonesia, yaitu IHSG (indeks harga saham gabungan) telah meningkat cukup tajam pada tahun ini, yaitu sebesar 44%. Maka para investor ataupun masyarakat umum dapat mempunyai persepsi bahwa transaksi jual-beli saham di Bursa Efek, dapat dipergunakan sebagai ‘sumber penghasilan’ untuk menghidupi diri sendiri beserta keluarganya, konsep ini terinspirasi oleh Dr. Alexander Elder, yaitu Trading for a Living. Disamping itu bagi para nasabah institusi konsep ‘Trading for a Living’ ini, bisa digunakan sebagai ‘sumber pendapatan’ untuk membiayai ‘over-head’ atau sebagai ‘enhancer’/memperbesar nilai return portfolio yang dimilikinya.

Sampai tanggal 16 November 2010, IHSG naik dari level 2534 ke level 3656 yang artinya IHSG telah naik 44%. Bahkan, IHSG diproyeksikan oleh beberapa analis akan naik hingga kelevel 3800 pada akhir tahun. Hal ini akan membuat investor mempunyai peluang untuk menikmati keuntungan/capital gain yang cukup besar di Bursa Efek Indonesia.

Bila kita lihat kenaikan IHSG 7 tahun terakhir, maka rata-rata kenaikan tersebut sebesar 35% per tahun. Maka para investor dapat mengharapkan keuntungan sebesar 30% per tahun, dimana dari hasil keuntungan tersebut, sebesar 15% untuk investasi dan sisanya sebesar 15% dimanfaatkan untuk membiayai keperluan hidup sehari-hari.

Adapun faktor-faktor yang harus investor perhatikan agar dapat hidup dari jual-beli atau ‘trading saham’, adalah sbb:

1. Risiko Investasi:

Trading saham di Bursa Efek Indonesia memiliki risiko yang relatif besar. Harganya berfluktuasi cukup tajam dibandingkan dengan bursa regional, bahkan bila dibandingkan dengan bursa lain yang sudah maju.

Risiko investasi di bursa efek Amerika Serikat bila diukur dengan simpangan baku, maka risk and returnnya sebesar 7.5% s/d 15%. Bursa Singapura 10% s/d 20%. Sedangkan di Bursa Efek Indonesia sekitar 40% per tahun, sedangkan return bulanannya sebesar 5%. Bursa regional seperti bursa di ASEAN memiliki risiko antara 25% s/d 40%.

Tingginya risiko (standard of deviation of return) juga berarti bahwa return di BEI adalah besar (kesempatan memperoleh keuntungan juga besar).

2. Rasional dan tidak emosional:

Semua keputusan transaksi haruslah berdasarkan suatu rencana yang telah ditetapkan (Trading Plan), investor sudah harus menentukan pada harga berapa saham tersebut dibeli, dan bila ternyata saham itu turun maka sudah ditentukan level cut-lossnya (menjual saham tersebut agar terjaga dari kerugian yang lebih besar, misalnya -6% dari harga pembelian) serta pada level harga berapa akan dilakukannya take profit (menjual saham tersebut pada tingkat harga yang diinginkan, misalnya +10% dari nilai pembelian).

Disamping itu harus membagi portofolio saham (Money Management) agar tidak hanya terkonsentrasi pada satu saham/sektor tertentu saja tetapi harus di-versifikasikan (don’t put your eggs in one basket). Sebaiknya portofolio tersebut dibagi menjadi core-portfolio dan tactical-portfolio.

3. Informasi yang lengkap:

Investor harus bisa mendapatkan informasi yang lengkap terhadap semua saham yang dimilikinya dan yang akan ditransaksikannya, atau paling tidak sudah mendapatkan rekomendasi yang up-to-date dan bernilai dari brokernya. Agar dapat membuat keputusan transaksi yang tepat dan akurat.

4. Investor seharusnya memiliki metode analisis yang handal agar dapat memperoleh capital gain/keuntungan dalam jangka pendek seperti yang diharapkan. Pertama-tama pergunakanlah pendekatan ‘fundamental approah’ agar mendapatkan saham yang baik dan berprospek besar dimasa yang akan datang, setelah itu gunakalah ‘technical approach’ untuk menentukan kapan beli ataupun jual pada saham-saham tersebut. (lihat ADTS).

Lights to Eden


Location: View form Grand Indonesia
Jakarta - Indonesia

Camera: NIKON D3. Lens: 17-55mm f/2.8G IF-ED
Film: Digital ISO100. Aperture: f/8. Shutter Speed: 30sec. Focal Length: 55mm.

Flow of Lights


Location: Air Mancur Thamrin.
Jakarta - Indonesia

Camere: NIKON D300. Lens: AF-S DX Zoom-Nikkor 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED
Film: Digital A. Aperture: f/16. Shutter Speed: 10sec. Focal Length: 125mm.

Selasa, 16 November 2010

Lebaran


Location: Masjid Raya Bintaro Jaya
Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang - Indonesia

Camera : NIKON D3. Lens: AF-S DX 17-55 mm f/2.8G IF-ED
Film: Digital ISO800. Aperture: f/5.6. Shutter Speed: 1/40sec. Focal Length: 15mm.

Sabtu, 13 November 2010

ADTS - AKSi Dynamic Trading System.


ADTS:

Merupakan sistem perdagangan saham yang secara otomatis memberikan signal beli atau jual melalui Fundamental dan Trading Approach, yang bertujuan untuk memelihara konsistensi keuntungan maupun meminimisasi risiko investasi, melalui online-trading & web-trading.

FUNDAMENTAL APPROACH:

Adalah suatu analisa fundamental yang digunakan terlebih dahulu untuk memilih saham yang memiliki kinerja fundamental yang bagus serta memiliki pertumbuhan yang tinggi.

1. Economic Analysis:

  • Inflation Rate; SBI n BI Rate, Government n Corporate Bond Rate, Deposit Rate.
  • Currency Rate; US$/Rp.
  • Balance of Payment = Current account (Trade balance – the sum of Exports and Imports) - Financial account - Capital account +/- Balancing Item.

2. Sector Analysis and/or Industrial Analysis - Porter’s 5 forces:

  • Bargaining power of suppliers.
  • Bargaining power of buyers.
  • Threat of new entrants.
  • Threat of substitutes.
  • Rivalry among competitors.

3. Stock Analysis - Fundamental Analysis: Focus on Earnings, Growth, and Value in the market.

  • Earnings per Share – EPS
  • Price to Earnings Ratio – P/E
  • Projected Earning Growth – PEG
  • Price to Sales – P/S
  • Price to Book – P/B
  • Dividend Payout Ratio
  • Dividend Yield
  • Book Value
  • Return on Equity

TRADING APPROACH:

4. Market Behavior Analysis:

Digunakan untuk mengetahui perilaku investor dalam mengambil keputusan beli atau jual.

  • Saham 'pilihan' Investor Asing, Fund Manager dan/atau 'bandar'.
  • Saham yang 'multi listing' atau Arbitrage Trading, yaitu membeli/menjual saham di pasar yang berbeda dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Karena pada saham yang sama tetaapi kuotasi 'harganya berbeda', karena perbedaan kurs.
  • Saham yang akan melakukan 'corporate action'.
  • Saham yang akan atau sedang 'digoreng' oleh bandar.
  • Bursa luar negeri dan harga komoditi naik/turun.
  • Dan lain-lain.

5. Technical Analysis:

Digunakan untuk mengetahui kapan saatnya beli maupun jual suatu saham tertentu. yaitu dengan cara sbb:

  • Mencari 'Arah Trend'. Apakah Arah Trend sedang Naik - Turun - Konsolidasi (tidak ada Trend).
  • Memeriksa kekuatan 'Arah Trend'. Apakah Trend tersebut masih melanjutakan penguatannya atau sudah akan berbalik arah/Reversal ke arah penurunan dan sebaliknya.
  • Membuat 'Support dan Resistance' dari pergerakan suatu level harga saham. Apakah harga tersebut sudah berada di level 'support', maka kemungkinan harga tersebut akan berbalik arah ke atas ataukah harga tersebut sudah menembus level supportnya? maka harga tersebut akan mencari titik support yang baru dan begitu sebaliknya.
  • Mencari 'pemicu/trigger' untuk Investor melakukan transaksi 'beli/jual'.

Analysis ini sudah dibuatkan 'program softwarenya'. Yaitu: "Fendy System". Investor tinggal melihat dan mengikuti signal yang ada di program tersebut. Bila Signal menunjukan signal 'beli' maka Investor dapat melakukan transaksi beli, begitu juga bila signal 'jual' terlihat maka Investor dapat melakukan transaksi jual.

6. Money & Risk Management Analysis:

Digunakan untuk mengatur posisi keuangan & meminimisasi resiko kerugian, dalam rangka membuat 'portfolio management' serta mengatur 'asset allocation' dengan 'tingkat risiko' yang bisa diterima oleh Investor.

PORTFOLIO MODEL:

Adalah hasil dari 6-Analysis di atas, yaitu:

Suatu Model dari sekumpulan saham baik jenis maupun bobotnya yang dapat memberikan risk & return yang optimal.

TRADING PLAN:

Adalah suatu Rencana Trading yang disusun untuk menentukan level 'beli' dan/atau 'jual', level 'cut-loss' serta level 'take profit'.

PERIODICAL SYSTEM EVALUATION:

Merupakan 'evaluasi' yang dilakukan secara periodik dan dinamis untuk meningkatkan return yang optimal dari Trading System yang dibangun.

PORTFOLIO PERFORMANCE REPORT:

Merupakan suatu bentuk laporan dari hasil Trading System yang dilakukan agar Invstor dapat memantau hasil Investasi tersebut.


(See: http://www.adts.co.id)