Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dimana periode penelitian yang digunakan adalah data tahun 2000 sampai dengan tahun 2010. Pada periode awal tahun 2000 IHSG terlihat menurun hingga tahun 2003, kemudian indeks pada awal tahun 2004 naik dan barada pada level 1,000 dan melanjutkan kenaikannya hingga mencapai level 2,700 pada pertengahan tahun 2008.
Kenaikan IHSG ini disebabkan karena harga-harga saham di Amerika Serikat (AS) terus bergerak naik, yang dipicu oleh rendahnya inlasi, turunnya harga minyak di pasaran dunia dan disertai oleh melemahnya mata uang AS terhadap mata uang dunia lainnya, keadaan ini membuat pasar modal AS menjadi terlihat murah dan menarik bagi para investor di seluruh dunia.
Penurunan IHSG ini terjadi karena adanya krisis keuangan global, yang dimulai di AS berupa krisis sub-prime mortgage yaitu 'kegagalan para debitur individu dalam membayar cicilan utang rumah/mortgage-nya kepada pihak perbankan, yang kemudian berkelanjutnya kepada pihak perbankan, dimana pihak perbankanpun gagal juga dalam membayar kewajibannya'. Situasi ini membuat multiplayers effect keseluruh sistem perbankan AS pada khususnya serta sistem perbankan dunia pada umumnya. Kemudian menciptakan krisis global dan telah mengguncangkan perekonomian dunia, bahkan pada saat itu nilai tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dolar AS turun nilainya (devaluasi) sebesar 25%.
Indeks Harga Saham; Adalah suatu indikator atau cerminan dari pergerakan harga saham. Dimana indeks merupakan salah satu acuan bagi investor untuk melakukan investasinya di pasar modal - khususnya pada saham. Saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara simultan dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik. Sedangkan indeks yang paling terkenal dan sering digunakan sebagai benchmark adalah IHSG.
Basis perhitungan IHSG adalah menggunakan semua harga saham dari perusahaan/emiten yang tercatat di BEI. Agar IHSG dapat memberikan gambaran yang utuh tentang keadaan pasar yang wajar, maka BEI berwenang untuk mengeluarkan dan/atau tidak memasukan satu atau lebih dari emiten tersebut sebagai basis perhitungan IHSG. Dengan pertimbangan antara lain yaitu, jika jumlah saham dari emiten tersebut ternyata hanya dimiliki oleh masyarakat/publik (free float share) relatif kecil tetapi mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang besar, maka apabila terjadi perubahan harga pada saham emiten tersebut, dapat berpotensi besar untuk mempengaruhi pergerakan IHSG yang tidak wajar.
Menurut Keynes (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (yang akan ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan seseorang/institusi untuk melakukan suatu investasi. Contohnya ada pada surat-surat berharga - dimana harga dari surat-surat berharga tersebut dapat naik ataupun turun, yang kenaikan ataupun penurunannya sangat tergantung pada level berapa tingkat bunga yang terjadi pada saat itu (bila tingkat bunga naik, maka harga dari surat-surat berharga tersebut akan turun dan begitu juga sebaliknya), sehinggga kemungkinan besar para pemegang surat-surat berharga akan mendapat kerugian (capital loss) ataupun mendapat keuntungan (capital gain).
Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar-US, Yen-Jepang, EURO-Uni Eropa, dan lain sebagainya.
Dalam perekonomian internasional, perubahan kurs atau konvertabilitas mata uang (currency convertability), yaitu penggunaan mata uang yang dapat dengan mudah dipertukarkan dengan mata uang lain - International Convertible Curenncy. Dimana penentuan nilai tukar ini menjadi sangat penting bagi perekonomian suatu negara karena hal tersebut merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global. (Hamzah dan Hamzah, 2010).
Tetapi yang menarik adalah pada suatu periode tertentu dimana mata uang Rupiah mengalami devaluasi terhadap Dollar AS, maka harga-harga saham juga mengalami penurunan dan begitu juga sebaliknya. Kondisi ini terjadi pada saat perusahaan/konglomerat mengalami kesulitan likuiditas dan membutuhkan Dollar AS, maka perusahaan-perusahaan tersebut menjual portofolio sahamnya untuk memenuhi likuiditas mereka dan membeli Dollar AS untuk membayar kewajibannya terutama dalam mata uang US Dollar.
Hal ini menjadi umum karena banyak perusahaan/konglomerat di Indonesia mempunyai utang dalam denominasi US Dollar, terutama pada tahun-tahun penelitian ini dibuat. Penulis menduga bahwa kondisi ini masih berlangsung sampai saat ini, karena pinjaman perusahaan/konglomerat tersebut masih didenominasi oleh US Dollar yang sangat besar.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah tingkat suku bunga dan nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Karena objek penelitian adalah IHSG, maka populasinya adalah indeks harga seluruh saham yang tercatat di BEI dari tanggal 1 Januari 2000 s/d 30 Oktober 2010. Sedangkan sampel yang diambil adalah data IHSG pada akhir bulan dengan jumlah sampel sebanyak 126 data.
Metode yang digunakan oleh penulis yaitu, metode analisis regresi. Dimana dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel_dependen terhadap variabel_indepeden (variabel_dependen: IHSG. variabel_independen: Tingkat suku bunga dan Nilai tukar).
Selanjutnya dari hasil uji-t (uji koefisien regresi, uji pengaruh suku bunga-x1 terhadap IHSG-y dan uji pengaruh nilai tukar-x2 terhadap IHSG-y) dan uji-F (uji model, yaitu apakah model regresi tersebut bisa digunakan untuk menjelaskan variabel_dependen IHSG-y), maka berdasarkan hasil pengujian tersebut akan didapatkan mana pengaruh yang paling signifikan antara tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap IHSG, dan apakah kedua variabel_independen tersebut memang berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.
Adapun model persamaan regrersinya adalah sebagai berikut; Y= a + b1X1 + b2X2 + e dimana Y adalah variabel_dependen - IHSG, a adalah koefisien, X1 adalah variabel_independen - suku bunga, X2 adalah variabel_indipended - nilai tukar, dan e adalah error.
IHSG;
Grafik di atas menunujukan bahwa pergerakan IHSG dapat terjadi karena banyaknya faktor yang mungkin ada, seperti jumlah emiten yang tercatat di bursa dan kinerja usaha dari emiten tersebut, nilai kapitalisasi pasar, serta keadaan perekonomian secara keseluruhannya.
Dari tahun 2000, terlihat bahwa terjadi kenaikan tren pada IHSG dan hal ini tentunya mengindikasikan bahwa kinerja pasar saham terlihat baik dan menjanjikan keuntungan, sehingga ikut mendorong para investor untuk melakukan investasinya di pasar saham.
Fluktuasi besar terjadi pada tahun 2008, dimana IHSG berada pada level tertingginya pada bulan Februari 2008 di level 2721, tetapi merosot tajam ke level 1256 pada Oktober 2008. Kemorosotan IHSG ini terjadi karena krisis subprime mortgage di US dan juga membuat hampir seluruh indeks di bursa dunia mengalami penurunan yang tajam.
Tingkat Suku Bunga;
Fluktuasi suku bunga terjadi pada sepanjang tahun 2000 hingga tahun 2010, yang disebabkan oleh BI dalam menetapkan tingkat suku bunga yang sesuai dengan tugasnya, yaitu untuk mengatur situasi moneter agar dapat tetap mendorong kegiatan ekonomi dan investasi, disamping juga untuk mengatur uang beredar serta yang paling penting adalah mengatur tingkat inflasi.
Dari tahun 2000 hingga tahun 2010, nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar sempat menyentuh ke-titik terendahnya yaitu Rp. 12,360.00 per 1 US$ pada bulan November 2008. Devaluasi ini disebabkan juga oleh krisis subprime mortgage di US, yang menyebabkan terjadinya krisis global di seluruh dunia, yang kemudian menyebabkan terjadinya kenaikan inlasi (imported inlation) di Indonesia.
Peristiwa diatas tentunya akan membuat persepsi investor menjadi buruk, dimana situasi ini akan membuat perekonomian Indonesia melambat serta akan memperburuk kinerja emiten di BEI. Sehingga akibatnya para investor mengurangi bobot portofolio sahamnya untuk menghindari kerugian yang akan mungkin terjadi.
1. Persamaan model regresi; Y=0,014419054 - 0,886756475X1 - 0,269903512X2 + e
2. Berdasarkan uji-F atau uji-model maka kedua variabel_indepeden tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel_dependen IHSG. Dimana F-hitung > dari F-tabel, yaitu 21,76604 > 7,91E-09.
3. Apabila terjadi kenaikan sebesar 1% pada nilai tukar, maka IHSG akan turun sebesar koefiesin nilai tukar. Koefisien nilai tukar = 0,886756475%.
4. Apabila terjadi kenaikan sebesar 1% pada suku bunga, maka IHSG akan turun sebesar koefisien suku bunga. Koefisian suku bunga = 0,269903512%.
5. Variabel 'nilai tukar' berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, ditandai dengan t-hitung > t-tabel. (t-tabel pada confident level-95% = 1,96).
6. Variabel 'suku bunga' tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, ditandai dengan t-hitung < t-tabel. (t-tabel pada confident level-95% = 1,96).
7. Korelasi antara nilai tukar dan suku bunga adalah sedang, ini ditunjukan dengan nilai Multiple-R = 0,509748195.
8. Koefisien korelasi bernilai 0,259843222. Artinya variabel-variabel bebas berupa 'tingkat suku bunga' dan 'nilai tukar' dapat menerangkan IHSG sebesar kira-kira 26%, sedangkan sisanya sebesar 74% diterangkan oleh variabel-variabel lain.
Dari hasil analisa regresi berganda di atas, maka model analisa yang digunakan berpengaruh secara signifikan. Ini berarti volatilitas terhadap nilai tukar dan suku bunga berpengaruh terhadap IHSG. Secara parsial berdasarkan hasil uji variabel_independen menyatakan bahwa hanya nilai tukar yang berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, atau dengan kata lain bahwa perubahan nilai tukar akan berdampak pada perubahan IHSG. Hasil dari penelitian ini juga terdapat pada jurnal-jurnal penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap IHSG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar